Dimana Pancasila Itu?

Dunia politik terkadang menunjukkan menuver kehidupan yang ambigu dan tidak jarang melampaui batas akal sehat manusia. Tidak jarang pula dunia politik memberikan warna yang berbeda layaknya setangkai bunga matahari ditengah-tengah padang ilalang. Hanya sebagian orang yang tau dan mengerti keberadaannya.

Arena politik di negeri ini menunjukkan fenomena perubahan watak dan karakter para politisi, partai politik, elite politik dan penguasa. Bahkan hiruk pikuk kehidupan politik itu, seakan-akan telah mengubah arti politik itu sendiri. Fenomena maraknya artis sinetron atau selebriti yang mendaftar menjadi calon legislatif, Gubernur, Walikota atau Bupati, serta maraknya politik transaksional dan korupsi adalah sindiran yang tidak asing lagi dan menjadi salah satu indikator watak politik Indonesia yang tidak sesuai dengan Pancasila.
Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara dianggab mampu menjadi pemersatu karakter bangsa oleh para pendiri dan penggagas negara ini. Namun kenyataannya, hakekat pancasila yang sebenarnya adalah napas kehidupan bangsa ini, tidak lagi merasuk pada jiwa sebagian besar generasi penerus bangsa. Ironisnya, pancasila dan segala nilai-nilainya dijadikan angin berlalu, tanpa ada rasa ingin tahu kemana angin itu akan berhembus.

Permasalahan agama, bukan lagi hal yang baru dinegara kesatuan yang sudah berumur 68 tahun ini. Banyak pemeluk agama yang menerapka ilmu fanatisme dalam kepercayaan mereka. Dalihnya, sesama penganut agama yang notabenenya mengakui adanya Tuhan, saling hujat-menghujat demi tonggak kekuasaan.

Disamping itu, demokrasi sebagai buah dari pancasila memang masih tetap berada dalam posisinya. Akan tetapi, telah berubah warna. Demokrasi yang seharusnya berpihak kepada rakyat, dijalankan dengan mengatasnamakan rakyat demi kepentingan pribadi dan golongan. Politik praktis dan skenario politik juga menjadi tontonan yang membosankan dimasyarakat. Partai politik tetap eksis dalam pergerakannya namun perkara idiologi partai tidak lagi dihiraukan. Bahkan idiologi musiman terkadang diterapkan kebanyakan partai politik hanya untuk mencari suara dan dukungan semata. Fatalnya, semua cara digunakan oleh partai politik untuk merubah cerita di arena politik, arena yang penuh intrik dan memang itu sudah lumrah. Bukan lagi tentang bagaimana memajukan bangsa dan negara, tetapi tentang siapa yang kuat dan berkuasa.

Secara formal, rakyat memang berdaulat secara politik. Namun secara substantif, kedaulatan tidak ada lagi ditangan rakyat. Rakyat justru di tinggal. Rakyat hanya digunakan sebagai legitimasi politik, sekedar untuk memenuhi syarat formal praktik demokrasi sebagai negara modern. Keputusan-keputusan politik negara tetap bukan manifes dari kepentingan rakyat melainkan dihasilkan melalui oligarki politik. Oleh sebab itu, bukan salah rakyat bila mereka bersikap acuh tak acuh pada nasib negeri ini. Bukan salah mereka bila pancasila tidak ada dihatinya. Kesadaran? Ya, kesadaran rakyat akan pentingnya hakekat pancasila merupakan suatu cara untuk memicu perubahan. Tetapi, hal itu bukanlah yang utama. Bagaimana mungkin rakyat sadar akan pentingnya pancasila bila pemimpin mereka menyembunyikan hakekat pancasila itu didalam dompetnya. Tekanan kehidupan dimasyarakat yang sejalan dengan kemajuan jaman adalah kunci dari semua permasalahan yang ada. Revolusi pemikiran dari segenap golongan masyarakat perlu dipicu untuk menopang keadilan yang tidak semu.

Pos ini dipublikasikan di Open Vizier. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Dimana Pancasila Itu?

  1. Ping balik: Dimana Pancasila Itu? | Dunia Kata

Tinggalkan komentar